Aku ada sebuah kisah cinta yang memberikanku satu pengajaran tentangnya.Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat dan mengagumkan penuh ghairah seperti dalam novel-novel romantis.Walau begitu menurutku,ini adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari itu semua.
Ini adalah kisah cinta ayah dan ibuku.Mereka bertemu di sebuah acara resepsi pernikahan dan kata ayahku,ia jatuh cinta pandang pertama.Saat itu dia tahu,inilah wanita yang akan menikah dengannya.Itu menjadi kenyataan dan kini mereka telah menikah selama 40 tahun dan memiliki tiga orang anak,aku anak sulung,telah menikah dan memberikan mereka dua orang cucu.
Mereka bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat baik bagi kami,mereka membimbing kami,anak-anaknya dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan.Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun.Saat itu beberapa jiran tetangga kami mengajak ibuku pergi ke pembukaan pasar raya murah yang menjual alat-alat keperluan rumah tangga.
Mereka mengatakan saat pembukaan adalah saat terbaik untuk berbelanja kerana saat itu saat termurah dengan kualiti barang-barang terbaik.Katanyalah.Tetapi ibuku menolaknya dengan baik kerana tidak lama lagi,ayahku akan pulang dari pejabat.Kata ibuku,”Mama tak akan pernah meninggalkan papa sendirian”
Balik-balik,itu,sahaja yang selalu diingatkan oleh ibu kepadaku.Tambahnya lagi,walau apa pun yang terjadi,sebagai seorang wanita dan isteri,aku wajib patuh pada suamiku,selagi dia tidak menyuruhku berbuat mungkar,dan selalu menemaninya dalam semua keadaan-baik miskin,kaya,sihat mahupun sakit.Seorang wanita itu,kata ibu,harus boleh menjadi teman hidup suaminya.
Banyak orang tertawa mendengar hal itu yang menurut mereka,hanya janji pernikahan,tidak lebih cakap-cakap kosong belaka.Tetapi aku tidak pernah mempedulikan mereka,sebaliknya aku berpegang teguh dan percaya akan nasihat ibuku itu.Takkanlah ibu mahu mengajar aku benda yang bukan-bukan.Sampailah suatu hari,bertahun-tahun kemudian,kami mengalami kisah duka.
Ibu terjatuh di kamar mandi dan menjadi lumpuh beberapa hari setelah menyambut ulang tahun kelahirannya yang ke-59.Doktor mengesahkan bahawa saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi,dan dia harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat tidur.Sedangkan ayahku,seorang lelaki yang masih sihat di usianya yang lebih tua berbanding ibu.
Namun dia tetap merawat ibuku,menyuapkannya nasi,bercerita banyak hal kepadanya,tidak putus-putus mengungkapkan rasa cintanya kepada si isteri.Ayah tidak pernah meninggalkannya,selama bertahun-tahun,hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya,bahkan ia masih suka becanda-canda dengan ibuku.
Ayah juga pernah memotong kuku jari ibuku,dan ketika ibuku bertanya,”Untuk apa Abang lakukan semua ini? Saya sudah sangat tua dan buruk sekali.” Ayahku menjawab,”Abang ingin kau berasa cantik sentiasa.” Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari,merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.Tidak ada seorang pun kenalan serta penghuni taman itu yang tidak memuji ayah.
Bahkan,mereka sangat hormat serta mengagumi kasih sayang ayahku pada ibuku yang bagaikan tidak pernah pudar warnanya.Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”Kau tahu,Linda.Ayahmu tak akan pernah meninggalkan ibu.Kau tahu kenapa?” Aku menggelengkan kepalaku sambil menyambung kata-katanya,” Kerana aku tidak pernah meninggalkannya…..
Itulah kisah cinta ayahku,Mohammed Huda Alhabsyi dan ibuku,Yasmine Ghauri.Mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang rasa tanggungjawab ,kesetiaan,saling hormat-menghormati,menghargai di antara satu sama lain,kebersamaan dan cinta kasih.Bukan dengan kata-kata,tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya.
0 ulasan:
Catat Ulasan