Mulianya seorang wanita sehingga ‘syurga itu diletakkan di bawah telapak kaki ibu’. Islam telah memberikan wanita satu kedudukan yang paling mulia berbanding mana-mana agama mahupun bangsa lain. Jika anda inginkan penjelasan lanjut mengenai hukum hakam berkaitan wanita, beberapa ayat yang terkandung di dalam surah An-Nisa ada jawapannya..
Wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.
Dalam ayat ini dinyatakan bahawa daripada jiwa yang satu, Allah SWT menciptakan pasangannya. Qatadah dan Mujahid mengatakan bahawa yang dimaksud jiwa yang satu adalah Nabi Adam. Sedangkan pasangannya adalah Hawa. Qatadah mengatakan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. (Tafsir Ath-Thabari, 3/565, 566)
Dalam hadis sahih pula menyebut: “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bahagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Apabila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau boleh bersenang- senang namun padanya ada kebengkokan.” (Riwayat Al-Bukhari no. 3331 dan Muslim no. 3632)
Hak memperoleh mahar dalam pernikahan.
“Berikanlah mahar kepada wanita-wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian sebahagian daripada mahar tersebut dengan rela hati maka makanlah (ambillah) pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik.” (An-Nisa`: 4)
Hak perempuan yatim dipelihara.
“Dan jika kalian khuatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim (bila mana kalian menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita lain yang kalian senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kalian khuatir tidak dapat berlaku adil maka nikahilah seorang wanita sahaja atau budak-budak perempuan yang kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat untuk kalian dan tidak berlaku aniaya.” (Surah An-Nisa`: 3)
Urwah bin Az-Zubair pernah bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah SWT: maka Aisyah menjawab, “Wahai anak saudariku. Perempuan yatim tersebut berada dalam asuhan walinya yang turut bersyarikat dalam harta walinya, dan pihak wali ini ternyata tertarik dengan kecantikan anak yatim kerana berikut hartanya. Maka wali ingin menikahinya tanpa berlaku adil dalam pemberian mahar sebagaimana mahar yang diberikannya kepada wanita lain yang ingin dinikahinya. Para wali pun dilarang menikahi perempuan-perempuan yatim kecuali jika mereka mahu berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim serta memberinya mahar yang sesuai dengan yang biasa diberikan kepada wanita lain. Para wali kemudian diperintah untuk menikahi wanita-wanita lain yang mereka senangi.”
Suami diperintah untuk berlaku baik pada isterinya.
“Dan bergaullah kalian (para suami) dengan mereka (para isteri) secara patut.” (An-Nisa`: 19)
Al-Hafizh Ibnu Katsir ketika mentafsirkan ayat di atas menyatakan: “Halusi ucapan kalian terhadap mereka (para isteri) dan perbaiki perbuatan serta penampilan kalian sesuai kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai bila dia (isteri) berbuat demikian, maka engkau (semestinya) juga berbuat yang sama. Allah SWT berfirman dalam hal ini:
“Dan para isteri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”(Surah Al-Baqarah: 228)
Sementara itu Rasulullah s.a.w sendiri telah bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (isteri)nya. Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluarga (isteri)ku.”(Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 2/173)
0 ulasan:
Catat Ulasan